PENGAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM
ACHIEVMENT DIVISION (STAND)
BAGI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS
Sutarman
Pendahuluan
Model pembelajaran akan bersangkutan langsung dengan konsep
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Ketiga konsep tersebut perlu
dikuadai guru dengan terampil. Kedudukan dan fungsi guru dalma kegiatan belajar
mengajar saat ini masih sangat domainan. Salah satu kelemahan yang nyata di
lapangan adalah kurangnya variatifnya guru dalam menyajikan materi pelajaran
karena terdorong untuk mengejar pencapaian target yang telah ditentukan.
Hinduan (1999:1), menyatakan bahwa PBM yang banyak terjadi di sekolah-sekolah
tetaplah merupakan pola tradisional, yaitu guru menerangkan, siswa mendengarkan
dan mencatat, lalu latihan soal. Kurikulum terbaru tahun 2006 (KTSP) memberi
peluang yang seluas-luasnya kepada guru
untuk berkreasi ketika PBM berlangsung.
Sebagai acuan proses pembelajaran bahasa Indonesia yang secara
ideal harus mencetak lulusan yang terampil berbahasa, orientasi akhir dari
proses pembelajaran bahasa (Kurikulum 2006) mengarah pada penguasaan empat
keterampilan berbhasa yaitu, mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dari
keempat keterampilan berbahasa tersebut, menurut Alwasilah (2003), keterampilan
menulisalah yang sampai saat ini perkembangannya masih rendah.
Keterampilan menulis memang memiliki tingkat kompleksitas yang
cukup tinggi. Kegiatan menulis baru dapat terlaksana setelah manusia “belajar”
dahulu mengenai bahasa tertulis karena keterampilan ini berbeda dengan
keterampilan menyimak dan berbicara yang dimiliki manusia normal sejak lahir.
Dengan kata lain, menulis merupakan keterampilan berbahasa yang tidak
sederhana.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan proses
pembelajaran menulis adalah model mengajar kooperatif Tipe Student Team Achievment Division (STAD).
Model ini merupakan cabang dari model pembelajaran kooperatif (cooperative
learning), yang berusaha memberdayakan interaksi antar siswa dalam dinamika
kelompok. Model tersebut menekankan kegiatan berlatih dan bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya empat sampai enam
orang, dengan struktur kelompok heterogen (Slavin, 1995:3). Terdapat dua
langkah yang harus disiapkan untuk terwujudnya belajar kooperati. Pertama,
perlu adanya motivasi peserta belajar (student motivation). Kedua, pelaksanaan
proses belajar (learning process) yang berincikan kooperatif (Killen, 1998:89).
Model Mengajar
Joyce
& Weil (2000:1) yang mengungkapkan bahwa model mengajar ialah suatu rencana
atau pola yang digunakan dalam melaksanakan kurikulum, menyusun materi
pengajaran, dan memberi pengajaran, dan memberi arah pembelajaran di kelas atau
pun lainnya. Mereka mengelompokkan model
mengajar menjadi 4 rumpun, yaitu:
·
Information-Processing
Models (Model pemrosesan Informasi)
Yaitu model
mengajar yang menjelaskan bagaimana cara individu memberi respons yang datang
dari lingkungannya, dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan
masalah, membangun konsep, dan rencana pemecahan masalah, serta penggunaan
simbol-simbol verbal dan nonverbal.
·
Personal
Models (Model Pribadi)
Berorientasi
kepada perkembangan diri individu.
·
Social
Interaction Models (Model Interaksi Sosial)
Mengutamakan
hubungan individu dengan masyarakat atau orang alian, dan memusatkan
perhatiannya kepada proses realita yang ada dan dipandang sebagai negoisasi
sosial.
·
Behavioral
Models (Model Prilaku)
Dibangun atas
dasar teori yang umum, yaitu kerangka
teori perilaku.
Psikologi Belajar Bahasa
Perkembangan
ilmu psikologi berpengaruh pada perkembangan “metode” pembelajaran bahasa.
Sedikitnya ada dua teori psikologi belajar yang meramaikan pencarian “metode
terbaik” dalam pengajaran bahasa yaitu teori behavioristik dan teori kognitif.
1.
Teori
Behavioristik
Prinsip teori
behavioristik relatif sederhana, yakni suatu pandangan mengenai perilaku
belajar yang kuncinya adalah peniruan model. Titik sentral kegiatannya terletak
pada proses penyempurnaan latihan untuk membentuk kebiasaan.
2.
Teori
Kognitif teori kognitif dipelopori oleh Jean Piaget. Teori ini menegaskan bahwa
setiap anak memiliki peranan yang aktif dalam belajar. Teori kognitif menjadi
relasi linguistik dan basis nasional pengajaran bahasa dimulai oleh Noam
Chomsky pada tahun 1960-an. Perkembangan metode pembelajaran bahasa yang
berbasis teori kognitif dilukiskan oleh Abdul Hamied (19877:130-131) sebagai
teori mengajar bahasa yang baru, metode kognitif belum diamati secara kritis.
Pada awal tahun delapan puluhan kontribusinya telah dibayang-bayangi oleh
pergeseran minat pada pendekatan komunikatif.
Landasan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada paham
konstruktivisme. Teori konstruktivisme mengajurkan peranan yang lebih aktif
bagi siswa dalam pembelajaran. Karena penekanannya pada siswa, strategi
konstruktivisme sering disebut
pengajaran yang terpusat pada siswa atau student-centered instruction.
Ide utama teori ini adalah siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri,
otak siswa dianggap sebagai mediator yang memproses masukan dari lingkungnanya
dan menentukan apa yang akan dipelajari. Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran
lebih menekankan pada pengajaran top-down daripada bottom-up.
1.
Teori
Belajar Piaget
Dalam teorinya
Pieget memandang proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi
intelektual dari konkret menuju abstrak (Soemanto, 1998:130). Pieget (dalam Suparno,
1997:30) menyatakan bahwa pengetahuan pada dasarnya merupakan adaptasi pikiran
ke dalam lingkungannya, sehingga struktur intelektual di dalam individu terjadi
akibat interaksinya dengan lingkungan. Pieget memandang perkembangan
intelektual atau kemampuan kognitif terjadi melalui empat tahap yang berbeda,
yaitu (1) Skema (struktur kognitif), (2) Asimilasi, (3) Akomodasi, (4)
Ekuilibrasi. Pengaplikasian di dalam belajar perkembangan kognitif bergantung
pada akomodasi.
2.
Teori
Belajar Vygotsky
Teori Vygotsky
didasarkan pada dua ide utama: (1) perkembangan intelektual dapat dipahami
hanya bila ditinjau dari konteks historis dan budaya penglaman siswa, (2)
perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat (sign system), dengan
sistem-sistem isyarat itulah individu-individu tumbuh (Nur, 1998:31).
Teori Vygotsky
dalam pembelajaran, yaitu penerapan pola pikir bahwa perkembangan kognitif
sangat erat kaitannya dengan masukan dari orang lain dan selanjutnya siswa
bertanggung jawab untuk mempelajarinya sendiri.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu dari bidang-bidang dalam teori, riset dan
latihan dalam pendidikan. Pembelajaran kooperatif hadir ketika siswa bekerja
bersama-sama untuk menyelesaikan tujuan belajar bersama (Johnson &
ajaohnson, 19991:1)
Slavin (1995:3) berpendapat pembelajaran kooperatif
lebih menekankan pada belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya empat sampai enam orang, dengan struktur kelompok
heterogen.
Slavin
(1995:17) menguraikan beberapa nilai positif dalam pembelajaran kooperatif,
antara lain:
·
Siswa
bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menunjang tinggi norma kelompok,
·
Siswa
aktif membantu dan mendorong semangat untuk bersama-sama berhasil
·
Siswa
aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan
kelompok, dan
·
Interaksi
sesama siswa seiring dengna peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat
Selanjutnya
Slavin (1995:19) menguraikan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu
adanya kelompok yang tidak aktif. Hal ini dapat diatasi dengan cara sebagai
berikut: (1) masing-msing anggota kelompok bertanggung jawab pada bagian-bagian
tertentu dari permasalahan kelompok, dan (2) masing-masing anggota kelompok
harus mempelajari materi secara keseluruhan, karena hasil kelompok ditentukan
oleh skor perkembangan tiap individu.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement
Division)
Pembelajaran
kooperatif terdiri atas beberapa tipe, antara lain:
·
Student
Team AchiievementDivision (STAD),
·
Teams-Games-Tournaments
(TGT),
·
Team
Assisted Individualization (TAI),
·
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC),
·
Jigwas,
·
Learning
Together, dan
·
Group
Investigation
Student
Team Achievement Division (STAD), siswa ditempatkan pada kelompok belajar
beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja,
jenis kelamin dan suku. Pada proses pembelajarannnya melalui lima tahap, yang
meliputi:
·
Tahap
penyajian materi
·
Tahap
kegiatan kelompok
·
Tahap
tes individual
·
Tahap
perhitungan skor perkembangan individu
·
Tahap
pemberian penghargaan kelompok
Evaluasi Pembelajaran Kooperatif
Evaluasi
pembelajaran kooperatif berpijak pada pemikiran dasar bahwa kerja sama
merupakan kebutuhan yang sangat [enting artinya bagi kelangsungan hidup. Model ini belum banyak diterapkan dalam dunia
pendidikan kita, walaupun kita sering membanggakan nilai gotong royong dalam
budaya bangsa Indonesia. Kebanyakan guru
enggan menerapkan sistem kerja kelompok karena beberapa alasan. Salah
satunya adalah penilaian yang dianggap kurang adil. Sebenarnya ketidakadilan
tersebut tidak perlu terjadi dalam kerja kelompok, jika guru benar-benar
menerapkan prosedur sistem pengajaran/ penilaian cooperative learning. Dalam
penilaian cooperative learning, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok
(Lie, 2008:87). Metode pembelajaran dan penilaian cooperative learning perlu
lebih sering dipakai dalam dunia pendidikan. Agar bisa kondusif bagi proses
pendewasaan dan pengembangan siswa, sistem belajar perlu memperhatikan pula
aspek-aspek afltetif, sedangkan sistem individu mulai memperhatikan aspek
efektif untuk mencapai hasil-hasil kognitif. Sistem pendidikan gotong-royong
merupakan alternatif menarik yang bisa mencegah tumbuhnya keagresifan dalam
sistem kompetensi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan
aspek kognitif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar