shintawatie
Minggu, 02 November 2014
Selasa, 08 Mei 2012
Tugas Pembelajaran Menulis
1.
Identifikasilah
a)
ciri-ciri
guru yang baik
Prof.
Dr. Saroj Buasri (1970) berpandangan bahwa guru-guru yang baik hendaknya
mempunyai tiga kualitas besar, yaitu:
·
Guru
yang baik harus mengajar dengan baik. Pengajaran yang baik berasal dari
pengetahuan tentang teknik-teknik pengajaran yang sifatnya ilmiah. Ada komitmen
untuk mempersiapkan bahan-bahan belajar dan pengakuan atas perlunya memadukan
moralitas dengan pengajaran
·
Guru baik harus terus belajar dan melakukan
penelitian untuk pengembangan dan pengetahuannya
·
Guru-guru yang baik harus membantu siswa untuk
mengembangkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan, untuk membantu orang
atau masyarakat yang memerlukannya.
Para ahli dan cendikian Islam telah menetapkan beberapa ciri seorang guru yang baik. Dengan
ciri-ciri berikut, seorang guru diharapkan dapat menjadi guru yang ahli di
bidangnya. Ciri-ciri tersebut adalah:
·
Ikhlas
dalam Mengemban Tugas sebagai Pengajar
Ia
harus mempunyai falsafah hidup bahwa tugasnya tersebut merupakan bagian dari
ibadah. Tentu saja suatu ibadah tidak akan diterima Allah bila tidak disertai
dengan keikhlasan. Amat jauh perbedaan antara seorang guru yang ikhlas dan
saleh dengan seorang guru yang munafik. Seorang pelajar biasanya dapat
berprestasi karena keikhlasan dan kesalehan gurunya. Hal itu telah dijamin oleh
Allah dalam firman-Nya berikut: “Hendaklah kalian menjadi orang-orang yang
rabbani (orang yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah), karena kalian
selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kalian tetap mempelajarinya,” (QS
Ali Imran [3]: 79).
·
Memegang
Amanat dalam Menyampaikan Ilmu
Bagi
seorang guru, ilmu merupakan amanat dari Allah yang harus disampaikan kepada
anak didiknya dengan tanpa ada yang dikurangi. Ia juga harus menyampaikannya
sebaik dan sesempurna mungkin. Jika ada seorang guru menahan atau
menyembunyikan ilmu yang dimilikinya, maka ia berarti telah berkhianat pada
amanat yang telah diberikan Allah kepadanya.
·
Memiliki
Kompetensi dalam Ilmunya
Sudah
menjadi keharusan bagi seorang pengemban tugas sebagai pengajar untuk memilki
penguasaan yang cukup atas ilmu yang akan ia ajarkan. Ia juga dapat menggunakan
sarana-sarana pendukung dalam menyampaikan ilmu. Allah memerintahkan setiap
orang untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan yang diinginkan-Nya. Karakter
ini berlandaskan sabda Rasulullah Saw. berikut: “Sesungguhnya Allah menyukai
seorang di antara kalian yang bila bekerja ia menyelesaikan pekerjaannya
(dengan baik),” (HR Al-Baihaqi).
·
Menjadi
Teladan yang Baik bagi Anak Didiknya
Seorang
pelajar pasti selalu melihat gurunya. Baginya, seorang guru adalah contoh
berakhlak dan bertingkah laku, seperti halnya ia mengambil ilmu darinya. Oleh
karena itu, seorang guru berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian
seorang murid. Rasulullah sendiri dapat mempengaruhi khalayak ramai saat itu
hanya dengan keteladanan beliau yang baik. Tidak heran bila waktu itu banyak
orang Arab yang masuk Islam secara beramai-ramai. Tentang pentingnya
keteladanan ini, Al-Quran menjelaskan dalam firman Allah Swt. berikut: “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu)
bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah, hari akhir (kiamat), dan dia
banyak menyebut Allah,” (QS Al-Ahzab [33]: 21).
b)
Ciri-ciri
guru yang hebat
·
Ucapan
dan intonasinya jelas dan mudah dipahami. Siswa langsung menyerap makna dari
ucapan guru tanpa harus berpikir lama dan berputar-putar. Ucapan guru
tersistem, mantap, dan berterima dengan kejiwaan siswa.
·
Bobot
keilmuannya sangat dalam dan luas. Sehari-hari, guru hebat mengikuti
perkembangan zaman untuk memupuk keluasan keilmuannya. Tren zaman dapat cepat
dimaknai oleh guru lalu diolah dengan bahasa guru untuk disajikan ke siswanya.
·
Orangnya lugas dan sederhana. Karena yang
dihadapi adalah siswa bukan orang dewasa, guru hebat selalu menyampaikan
keilmuannya dengan lugas dan mudah diterima siswanya.
·
Bersahabat dan peduli. Guru biasa selalu
mengambil jarak dengan siswa karena menurutnya wibawa guru akan terbangun.
Namun, tidak untuk guru hebat. Guru hebat bersahabat dengan siswanya sehingga
terbangun kedekatan yang akan mempermudah berkomunikasi. Wibawa justru dibangun
dari persahabatan antara siswa dengan guru.
·
Kaya
metode dan media. Guru hebat teramat paham kalau siswa itu mudah jenuh,
dinamis, dan kreatif. Menurutnya, mengajar harus menyenangkan, dinamis, dan
kreatif. Jalan yang harus ditempuh adalah menerapkan pembelajaran dengan
multimetode dan multimedia yang sesuai dengan keinginan siswa.
2.
Jika diwajibkan memilih, apakah Anda
akan berupaya untuk menjadi "guru yang baik" ataukah ingin
menjadi "guru yang hebat"? Mengapa demikian? Tulislah minimal tiga
alasan yang mendasari pilihan Anda itu.
Saya akan
berupaya menjadi guru yang baik. karena:
·
Guru yang hebat belum tentu guru yang
baik.
·
Menjadi guru yang baik insya allah
akan menghasilkan siswa yang baik pula.
·
Guru yang baik merupakan idaman bagi
semua siswa, masyarakat, bangsa dan negara.
·
Guru yang baik akan membawa bangsa
dan negara Indonesia ini ke arah yang lebih baik dengan menghasilkan
generasi-generasi yang baik pula.
3.
Bagaimanakah profil ideal guru
Bahasa Indonesia di era globalisasi ini? Jelaskanlah menurut sudut pandang Anda
masing-masing.
Profil ideal
guru Bahasa Indonesia di era globalisasi:
·
Guru yang mempunyai jiwa yang tulus
dan setia untuk mengajar dan mendidik siswanya.
·
Guru yang mempunyai ilmu, pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan yang luas
dan mendalam.
·
Guru yang menguasai IPTEK, dan mampu
memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran.
·
Guru
yang memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan dan pembaharuan dimaksud
berkenaan dengan pola pembelajaran, termasuk di dalamnya metode mengajar, media
pembelajaran, system dan alat evaluasi
·
Guru yang mampu memotivasi belajar
siswanya.
·
Guru yang mampu mengembangkan minat
dan bakat siswa.
·
Guru yang selalu memperbaharui dan
mempertajam ilmunya sejalan dengan perkembangan IPTEK. Ia harus belajar dan
terus belajar.
·
Guru yang mampu menjadi teladan yang
baik bagi siswanya.
4.
Adakah manfaat yang Anda peroleh
setelah membaca wacana itu? Jika ada, tulislah semua manfaat yang dapat Anda
petik darinya.
Sumber
Bacaan
ciri-ciri-guru-hebat.html
Ciri-ciri
Guru Yang Baik dalam Mengelola Pembelajaran « Nazwadzulfa's Blog.htm
Ciri-Ciri
Guru Yang Baik_Efektif « Khoi82's Blog.htm
Membangun Generasi Emas
Generasi Emas, Perlu Guru Profesional
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan akan
menentukan nasib suatu bangsa di masa yang akan datang. Baik buruknya suatu
generasi, bergantung pada elok-tidaknya ketika dalam kandungan pendidikan. Melalui
pendidikan akan terlahir generasi-generasi penerus bangsa, yang diharapkan
dapat membawa bangsa Indonesia ini ke arah yang lebih baik. Terkait dengan pendidikan,
baru saja kita memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada Rabu, 02
Mei 2012. Tema sentral Hardiknas tahun
ini yang disampaikan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan, Prof. Dr. Mohammad
Nuh adalah “Bangkitnya Genasi Emas”. Ada 4 poin yang disampaikan
beliau dalam sambutannya, diantaranya perihal investasi pengembangan SDM
untuk Indonesia 2045. Pengembangan SDM ini berkaitan dengan tujuan terbentuknya
generasi emas Indonesia. Perangkat yang menjadi bahan investasi tersebut
menyangkut perluasan akses dan peningkatan kualitas pendidikan. M.Nuh dalam
pernyataannya menyebutkan bahwa ekspansi akses pendidikan akan dibuka
besar-besaran hingga 2035. Perluasan tersebut terkait jenjang pendidikan PAUD
hingga pendidikan tinggi.
Sambutan Moh. Nuh dengan tema besarnya harus kita apresiasi dan
renungi makna di balik “Generasi emas” tersebut. Emas yang dinilai berharga
tentu tidak akan bermanfaat manakala ia hanya terpajang tanpa ada kontribusi
nyata bagi masyarakat. Generasi emas tentunya generasi yang berkualitas. Generasi
atau penerus bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, yang cerdas
serta memiliki komprehensif dengan kriteria antara lain produktif, inovatif, kreatif,
mampu menghadapi persaingan dengan bangsa lain di dunia serta mampu membawa
bangsa dan negaranya ke arah yang lebih baik. Mereka adalah generasi yang mampu
menjadi solusi bagi setiap kemelut bangsa.
Untuk melahirkan generasi emas Indonesia tentunya penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu dan peran pendidik yakni orang tua dan guru sangat
diperlukan. Pendidikan pertama di bentuk di keluarga oleh orang tua. Guru
merupakan orang tua kedua anak dalam pendidikan. Kepala Lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan Kalbar Suhartono Arham menyatakan pendidikan adalah ujung tombak
mempersiapkan generasi bangsa. Semua stakeholder diharapkan tidak melupakan roh
pendidikan. “Pendidikan bukan hanya transfer knowledge saja tapi pembentukan
karakter manusia,” ungkap Suhartono. Suhartono mengajak semua stakeholder ikut
mempersiapkan generasi emas Indonesia. Sebab, menurutnya, mengurus pendidikan
merupakan pekerjaan besar yang tidak dapat dikerjakan hanya oleh suatu instansi
pemerintah.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Untuk melahirkan generasi emas, diperlukan guru yang
profesional. Adapun tips membangun generasi emas melalui pembelajaran Bahasa.
Indonesia di SMA yaitu:
1.
Sekolah
hendaknya menyediakan fasilitas yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Misalnya
dengan menyediakan buku-buku pelajaran, laboratorium, komputer dan lain-lain
2.
Guru
harus mampu mendidik. Tugas guru bukan hanya mengajar, tetapi ia juga harus
mendidik. Mendidik akhlak, sikap siswa serta meneruskan dan mengembangkan
nilai-nilai hidup. Guru juga harus mampu membangun karakter siswa.
3.
Guru
harus selalu belajar dan meningkatkan kompetensinya seiring perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Tugas guru mengajar dan ia juga harus terus
belajar, jangan merasa cukup dengan ilmu yang telah dimiliki. Guru harus
memperbaharui dan mempertajam ilmunya.
4.
Guru
harus memotivasi siswa untuk belajar dan terus belajar.
5.
Guru
harus menguasai teknologi dan mampu memanfaatkannya dalam pembelajaran.
6.
Guru
harus menjadi teladan yang baik untuk siswa maupun masyarakat. Karena guru
adalah figur yang digugu dan ditiru.
7.
Dalam
melaksanakan pembelajaran guru hendaknya membangun PAKIEM (Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Inovatif, dan Menyenangkan). Misalnya dengan menggunakan metoda
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Bukan terus menggunakan pembelajaran
tradisonal, guru menerangkan siswa mendengarkan, mencatat, dan bertanya. Pembelajaran
seperti itu akan membuat siswa bosan, siswa menjadi pasif dan pola pikirnya
tidak akan berkembang. Hendaknya pembelajaran dapat memancing kreatifitas dan
keaktifan siswa dalam belajar. Sehingga pola pikir siswa dapat berkembang.
8.
Guru
harus menguasai secara luas dan mendalam materi pelajaran.
Misalnya
guru akan menyampaikan materi mengenai pidato atau sambutan. Guru harus
menguasai materi tersebut. Hendaknya guru membaca beberapa referensi buku
mengenai materi yang akan disampaikan,
jangan hanya terpaku pada satu buku. Selain itu juga materi tersebut
dapat dicari melalui internet.
9.
Guru
harus memiliki kemampuan dan keterampilan, dan tentunya mau pula menularkan
kemampuan dan keterampilan kepada siswanya dan untuk semua orang.
10.
Guru
harus mampu mengembangkan minat dan bakat siswa. Setiap siswa mempunyai minat
dan bakat yang berbeda. Seorang guru hendaknya mengetahui minat dan bakat
siswa.
Misalnya
seorang siswa mempunyai minat dan bakat dalam menulis puisi, guru harus
membantu menyalurkan dan mengembangkan bakat siswa tersebut melalui
pembelajaran menulis puisi.
Melalui tips-tips tersebut mudah-mudahan dapat terlahir generasi
emas Indonesia, yang dapat berkilau. Dan dapat membawa bangsa Indonesia ini
menjadi bangsa yang lebih maju dan lebih baik.
Sumber Bacaan:
”Cikgu Sastra” Blognya Musa
Ismail.htm (Guru SMAN 3 Bengkalis.)
Okezone.com
Kompasiana (Selamat Hari Pendidikan Nasional dan Bangkitkan
Generasi Emas Indonesia.htm)
UU RI Nomor 14 Tahun 2005 & PP RI Nomor 74 Tahun 2008
Jumat, 13 April 2012
MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA
MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA
1. Model Pembelajaran Bermain Peran
Model pembelajaran Bermain Peran merupakan pembelajaran terakhir pada model pembelajaran Berbicara. Dengan demikian maka dikandung pengertian bahwa model pembelajaran ini sebagai tataran tertinggi dalam model pembelajaran Berbicara. Jika dalam model pembelajaran berbicara sebelumnya masih terdapat campur tangan guru, maka dalam Bermain Peran ini sudah hampir 100% murni dari inisiatif, spontanitas dan pemikiran peserta didik. Dalam praktiknya Bermain Peran ini menyerupai sandiwara atau drama, hanya saja dalam bentuk yang lebih kecil/sederhana. Maka peserta didik akan memperoleh peran dan teks dialog yang harus dihafalkan untuk ditampilkan di depan kelas nanti.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa.
3. Guru menyiapkan scenario/naskah dengan tema cerita yang menarik.
4. Ketua kelompok membagi peran masing-masing sesuai yang terdapat dalam scenario. Guru pun dapat memegang salah satu peran apabila dirasakan memang perlu.
5. Tiap-tiap pemain menghapalkan dialog dalam scenario.
6. Guru menunjuk salah satu kelompok yang sudah benar-benar siap untuk menampilkan naskah pementasan.
7. Demikian seterusnya sampai seluruh kelompok tampil.
8. Evaluasi, meliputi lafal,intonasi,ekspresi, penghayatan dan penampilan.
9. Kesimpulan.
2. Model Pembelajaran Parafrase
Model pembelajaran Parafrase merupakan pembelajaran berbicara tingkat lanjut sebelum pembelajaran Bermain Peran. Beberapa unsur Parafrase yaitu :
a. Parafrase Kalimat ; artinya memisahkan/memenggal sebuah kalimat menjadi beberapa kata menurut jabatannya, yaitu : Subyek, Predikat, Obyek, Keterangan.
b. Parafrase Suku Kata ; artinya memisahkan/memenggal sebuah kata menurut suku katanya.
c. Parafrase Puisi ; artinya mengubah bentuk puisi ke bentuk prosa/narasi.
Media yang bisa digunakan : kartu kalimat, kartu kata, kartu suku kata, teks puisi ( sesuai KMB).
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru memasang beberapa kartu kata menjadi sebuah kartu kalimat, lalu memberi contoh paraphrase/memenggal kalimat tersebut menjadi potongan beberapa kartu kata menurut jabatan kalimatnya (SPOK) lalu mengucapkannya kata per kata.
3. Peserta didik mencoba melakukan seperti apa yang dilakukan guru dengan kartu kalimat yang lain.
4. Pada paraphrase puisi, guru dapat menjelaskan teknik paraphrase puisi yaitu dengan menyisipkan sebuah kata di antara kalimat puisi, lalu menyusunnya menjadi sebuah paragraf.
5. Setelah paragraf selesai siswa lalu membacakannya.
6. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju mengucapkan paraphrase kalimat atau puisi, dan bukan menuliskannya karena ini model pembelajaran berbicara.
7. Evaluasi.
8. Kesimpulan.
3. Model Pembelajaran Bercerita
Model pembelajaran Bercerita merupakan pembelajaran berbicara yang hampir sepenuhnya pemikiran peserta didik sendiri. Guru hanya sebagai moderator dan motivator. Pada pembelajaran awal dimungkinkan mengangkat tema-tema cerita dari gagasan peserta didik sendiri, namun seiring waktu ide/tema cerita berasal atau ditentukan guru. Tentu saja tema cerita yang menggugah, menarik dan aktual. Bisa juga dimulai cerita dari lingkungan kehidupan sehari-hari peserta didik, lalu menuju lingkungan/kawasan yang luas dan lebih kompleks.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru mendemonstrasikan bercerita di depan peserta didik dengan tema cerita yang nenarik.
3. Siswa mencoba mendemonstrasikan bercerita tentang peristiwa menarik yang baru saja dialami di depan kelas (sementara sambil duduk dulu juga boleh).
4. Agar semua siswa mendapat giliran, bisa juga penunjukkannya dilakukan dengan cara diundi seperti arisan.
5. Agar lebih meriah dapat pula digunakan media televisi yang tengah menyiarkan acara menarik misalnya lintas berita, flora fauna, film anak-anak, dsb.
6. Setelah selesai menyaksikan acara tertentu di televisi, peserta didik mencoba bercerita tentang peristiwa /film tersebut dengan menggunakan bahasanya sendiri.
7. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju untuk bercerita.
8. Evaluasi.
9. Kesimpulan.
4. Model Pembelajaran Menceritakan Kembali
Model pembelajaran Menceritakan Kembali merupakan kelanjutan dari model pembelajaran Melanjutkan Cerita. Maka dikandung pengertian bahwa setelah peserta didik dan guru menguasai pembelajaran Melanjutkan Cerita maka akan meningkat ke model pembelajaran Menceritakan Kembali. Di dalam model pembelajaran ini peserta didik sudah mulai belajar mandiri merangkai kata-kata dan kalimat sendiri meskipun secara sederhana. Bukan tanpa kendala tentunya, karena mungkin peserta didik akan mengalami :
a. Dihinggapi perasaan malu dan canggung untuk melakukan praktik menceritakan kembali.
b. Sering terjadi macet di jalan, atau kehabisan kata-kata/kalimat.
c. Sering terjadi pengulangan kata-kata yang sama/itu-itu saja.
Untuk menangani masalah/kendala di atas solusi yang dapat ditempuh antara lain :
a. Pemberian motivasi yang cukup pada para peserta didik.
b. Guru sering memberi umpan di mana dirasa diperlukan saja.
c. Perlu memperluas/menambah perbendaharaan kata dan kalimat para peserta didik.
d. Tema-tema cerita hendaknya yang menarik, actual, sesuai dengan minat dan motivasi peserta didik.
Sebagai salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru menceritakan suatu peristiwa sehari-hari secara sederhana dalam satu paragraf.
3. Guru memberi tugas salah satu peserta didik untuk menceritakan kembali peristiwa tersebut dengan kata-kata peserta didik sendiri.Hal ini dilakukan tanpa peserta didik maju ke depan kelas tetapi cukup di mejanya sendiri.
4. Guru menunjuk peserta didik yang lain untuk melakukan hal yang sama.
5. Guru menceritakan peristiwa yang lain, sedangkan peserta didik tekun memperhatikan.
6. Kadang dengan cara ditunjuk peserta didik akan enggan, maka guru dapat membuat kertas gulungan berisi nama-nama peserta didik lalu dikocok dan diundi, maka yang namanya muncul/keluar harus berani maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali apa yang sudah diceritakan guru.
7. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju untuk menceritakan kembali.
8. Evaluasi.
9. Kesimpulan.
5. Model Pembelajaran Reka Cerita Gambar
Model pembelajaran Reka Cerita Gambar merupakan pembelajaran bercerita berdasarkan gambar, bisa gambar satuan (terpisah) bisa pula gambar berseri/berurutan.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (tidak harus berkelompok).
3. Guru menunjukkan atau memasang gambar berseri (3-4 gambar).
4. Guru mereka cerita berdasarkan gambar berseri tersebut, sementara siswa memperhatikan.
5. Setiap kelompok Siswa mendapat kesempatan mereka cerita berdasarkan gambar tersebut dengan bimbingan guru.
6. Guru menunjukkan atau menempelkan gambar berseri yang lain.
7. Setiap kelompok mencoba mereka cerita berdasarkan gambar tersebut.
8. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa dapat mereka cerita berdasarkan gambar.
9. Evaluasi.
10. Kesimpulan.
6. Model Pembelajaran Bertanya
Model pembelajaran Bertanya merupakan pembelajaran lanjutan setelah siswa melampaui model pembelajaran Menjawab Pertanyaan. Model pembelajaran ini kebalikan daripada model pembelajaran Menjawab Pertanyaan. Karena pada model pembelajaran ini siswa dilatih untuk menguasai kemampuan bertanya bukan menjawab pertanyaan. Bagi siswa tentu bukanlah hal yang mudah.
Ada beberapa kendala yang layak mendapatkan perhatian dari guru sehubungan dengan kemampuan bertanya siswa, di antaranya:
1. Siswa kesulitan bertanya karena merasa malu/kurang percaya diri.
2. Siswa kesulitan bertanya karena belum sepenuhnya menguasai materi sehingga tidak tahu apa yang mesti ditanyakan.
3. Siswa kesulitan bertanya karena merasa takut/khawatir nanti dianggap bodoh.
4. Siswa kesulitan bertanya karena kesulitan mengungkapkan kalimat pertanyaan meskipun sebenarnya ia tahu apa yang belum diketahuinya.
Untuk mengatasi kendala seperti di atas guru dapat mengambil beberapa langkah misalnya :
1. Memberikan reward kepada siswa yang berani bertanya.
2. Guru mengusahakan agar materi pembelajaran dapat dikuasai siswa secara optimal.
3. Pemahaman bahwa bertanya bukan berarti bodoh, tetapi salah satu kemampuan berbicara.
4. Peningkatan kemampuan bertanya siswa melalui contoh-contoh kalimat pertanyaan. Misalnya penggunaan partikel kah dan Kata Tanya (apa, siapa, mengapa, bagaimana, dimana, bilamana, berapa).
Metode yang dirasakan paling tepat adalah Tanya jawab dan bermain peran. Guru dapat memotivasi siswa agar mau dan mampu bertanya antara lain dengan cara melontarkan pertanyaan-pertanyaan pancingan terlebih dahulu, lalu secara bertahap tanpa terasa biarkan siswa mendominasi bertanya.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa.
3. Guru merangsang motivasi siswa dengan menceritakan sebuah peristiwa yang menarik namun cerita tersebut tidak sempurna.
4. Siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan sehubungan isi cerita guru tadi yang sengaja dibuat belum sempurna sehingga menimbulkan tanda tanya/keingintahuan siswa.
5. Kelompok yang mengajukan pertanyaan secara benar akan mendapatkan poin (untuk merangsang persaingan/kompetisi siswa).
6. Kelompok yang terbanyak mendapatkan poin menjadi pemenang dan diberi reward.
7. Evaluasi.
8. Kesimpulan.
7. Model Pembelajaran Menjawab Pertanyaan
Model pembelajaran Menjawab Pertanyaan merupakan pembelajaran tingkat lanjut yang mempunyai tujuan agar siswa dapat menyampaikan pesan secara lisan (berbicara) melalui stimulus pertanyaan dari orang lain/guru. Metode yang dirasakan paling tepat dalam pembelajaran ini adalah metode tanya jawab. Namun perlu diperhatikan bahwa ada beberapa komponen bertanya dasar yang masih dipakai sebagai dasar guru dalam mengajukan pertanyaan, yaitu :
1. Pengajuan pertanyaan disampaikan secara jelas dan singkat,
2. Pemberian acuan,
3. Pemusatan,
4. Pemindahan giliran,
5. Penyebaran,
6. Pemberian waktu berpikir,
7. Sambutan yang hangat,
8. Pemberian tuntunan.
Berikut salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4 orang, masing-masing kelompok diberi nama ( buah, pahlawan,abjad,dsb).
3. Siswa diberi kesempatan membaca/memahami materi diberi waktu sekitar 15 menit.
4. Guru melontarkan satu pertanyaan kepada siswa dalam satu kelompok dengan memperhatikan 8 komponen bertanya dasar. Jika siswa tersebut menjawab benar diberi nilai 100, jika salah/tidak bisa menjawab diberi nilai 0 dan soal tidak dilempar ke kelompok lain.
5. Guru melontarkan satu pertanyaan yang lain kepada siswa kelompok berikutnya dengan memperhatikan 8 komponen bertanya dasar. Jika siswa tersebut tidak bisa menjawab diberi nilai 0 dan soal tidak dilempar ke kelompok lain. Demikian seterusnya sampai semua kelompok mendapat giliran.
6. Guru melontarkan pertanyaan lemparan, artinya jika siswa dalam satu kelompok tidak bisa menjawab, maka soal dilemparkan kepada siswa kelompok lain. Demikian seterusnya sampai semua kelompok mendapatkan giliran.
7. Guru melontarkan pertanyaan rebutan, artinya jika siswa dalam satu kelompok tidak bisa menjawab/salah maka soal diperebutkan kelompok lainnya.
8. Penilaian dilakukan oleh guru tetapi siswa juga ikut mencatat perolehan nilainya.
9. Kelompok dengan nilai tertinggi mendapat predikat pemenang dan mendapatkan reward tanda bintang di papan nama kelompoknya.
10. Evaluasi.
11. Kesimpulan.
Sumber
http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/30/model-pembelajaran-bermain-peran/#more-790
Menurut saya model pembelajaran berbicara yang paling tepat adalah model pembelajaran bercerita. Melalui bercerita siswa akan lebih mudah berbicara. Apalagi kalau bercerita tentang pengalaman pribadi siswa itu sendiri. Model pembelajaran bercerita akan mampu meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
1. Model Pembelajaran Bermain Peran
Model pembelajaran Bermain Peran merupakan pembelajaran terakhir pada model pembelajaran Berbicara. Dengan demikian maka dikandung pengertian bahwa model pembelajaran ini sebagai tataran tertinggi dalam model pembelajaran Berbicara. Jika dalam model pembelajaran berbicara sebelumnya masih terdapat campur tangan guru, maka dalam Bermain Peran ini sudah hampir 100% murni dari inisiatif, spontanitas dan pemikiran peserta didik. Dalam praktiknya Bermain Peran ini menyerupai sandiwara atau drama, hanya saja dalam bentuk yang lebih kecil/sederhana. Maka peserta didik akan memperoleh peran dan teks dialog yang harus dihafalkan untuk ditampilkan di depan kelas nanti.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa.
3. Guru menyiapkan scenario/naskah dengan tema cerita yang menarik.
4. Ketua kelompok membagi peran masing-masing sesuai yang terdapat dalam scenario. Guru pun dapat memegang salah satu peran apabila dirasakan memang perlu.
5. Tiap-tiap pemain menghapalkan dialog dalam scenario.
6. Guru menunjuk salah satu kelompok yang sudah benar-benar siap untuk menampilkan naskah pementasan.
7. Demikian seterusnya sampai seluruh kelompok tampil.
8. Evaluasi, meliputi lafal,intonasi,ekspresi, penghayatan dan penampilan.
9. Kesimpulan.
2. Model Pembelajaran Parafrase
Model pembelajaran Parafrase merupakan pembelajaran berbicara tingkat lanjut sebelum pembelajaran Bermain Peran. Beberapa unsur Parafrase yaitu :
a. Parafrase Kalimat ; artinya memisahkan/memenggal sebuah kalimat menjadi beberapa kata menurut jabatannya, yaitu : Subyek, Predikat, Obyek, Keterangan.
b. Parafrase Suku Kata ; artinya memisahkan/memenggal sebuah kata menurut suku katanya.
c. Parafrase Puisi ; artinya mengubah bentuk puisi ke bentuk prosa/narasi.
Media yang bisa digunakan : kartu kalimat, kartu kata, kartu suku kata, teks puisi ( sesuai KMB).
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru memasang beberapa kartu kata menjadi sebuah kartu kalimat, lalu memberi contoh paraphrase/memenggal kalimat tersebut menjadi potongan beberapa kartu kata menurut jabatan kalimatnya (SPOK) lalu mengucapkannya kata per kata.
3. Peserta didik mencoba melakukan seperti apa yang dilakukan guru dengan kartu kalimat yang lain.
4. Pada paraphrase puisi, guru dapat menjelaskan teknik paraphrase puisi yaitu dengan menyisipkan sebuah kata di antara kalimat puisi, lalu menyusunnya menjadi sebuah paragraf.
5. Setelah paragraf selesai siswa lalu membacakannya.
6. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju mengucapkan paraphrase kalimat atau puisi, dan bukan menuliskannya karena ini model pembelajaran berbicara.
7. Evaluasi.
8. Kesimpulan.
3. Model Pembelajaran Bercerita
Model pembelajaran Bercerita merupakan pembelajaran berbicara yang hampir sepenuhnya pemikiran peserta didik sendiri. Guru hanya sebagai moderator dan motivator. Pada pembelajaran awal dimungkinkan mengangkat tema-tema cerita dari gagasan peserta didik sendiri, namun seiring waktu ide/tema cerita berasal atau ditentukan guru. Tentu saja tema cerita yang menggugah, menarik dan aktual. Bisa juga dimulai cerita dari lingkungan kehidupan sehari-hari peserta didik, lalu menuju lingkungan/kawasan yang luas dan lebih kompleks.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru mendemonstrasikan bercerita di depan peserta didik dengan tema cerita yang nenarik.
3. Siswa mencoba mendemonstrasikan bercerita tentang peristiwa menarik yang baru saja dialami di depan kelas (sementara sambil duduk dulu juga boleh).
4. Agar semua siswa mendapat giliran, bisa juga penunjukkannya dilakukan dengan cara diundi seperti arisan.
5. Agar lebih meriah dapat pula digunakan media televisi yang tengah menyiarkan acara menarik misalnya lintas berita, flora fauna, film anak-anak, dsb.
6. Setelah selesai menyaksikan acara tertentu di televisi, peserta didik mencoba bercerita tentang peristiwa /film tersebut dengan menggunakan bahasanya sendiri.
7. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju untuk bercerita.
8. Evaluasi.
9. Kesimpulan.
4. Model Pembelajaran Menceritakan Kembali
Model pembelajaran Menceritakan Kembali merupakan kelanjutan dari model pembelajaran Melanjutkan Cerita. Maka dikandung pengertian bahwa setelah peserta didik dan guru menguasai pembelajaran Melanjutkan Cerita maka akan meningkat ke model pembelajaran Menceritakan Kembali. Di dalam model pembelajaran ini peserta didik sudah mulai belajar mandiri merangkai kata-kata dan kalimat sendiri meskipun secara sederhana. Bukan tanpa kendala tentunya, karena mungkin peserta didik akan mengalami :
a. Dihinggapi perasaan malu dan canggung untuk melakukan praktik menceritakan kembali.
b. Sering terjadi macet di jalan, atau kehabisan kata-kata/kalimat.
c. Sering terjadi pengulangan kata-kata yang sama/itu-itu saja.
Untuk menangani masalah/kendala di atas solusi yang dapat ditempuh antara lain :
a. Pemberian motivasi yang cukup pada para peserta didik.
b. Guru sering memberi umpan di mana dirasa diperlukan saja.
c. Perlu memperluas/menambah perbendaharaan kata dan kalimat para peserta didik.
d. Tema-tema cerita hendaknya yang menarik, actual, sesuai dengan minat dan motivasi peserta didik.
Sebagai salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru menceritakan suatu peristiwa sehari-hari secara sederhana dalam satu paragraf.
3. Guru memberi tugas salah satu peserta didik untuk menceritakan kembali peristiwa tersebut dengan kata-kata peserta didik sendiri.Hal ini dilakukan tanpa peserta didik maju ke depan kelas tetapi cukup di mejanya sendiri.
4. Guru menunjuk peserta didik yang lain untuk melakukan hal yang sama.
5. Guru menceritakan peristiwa yang lain, sedangkan peserta didik tekun memperhatikan.
6. Kadang dengan cara ditunjuk peserta didik akan enggan, maka guru dapat membuat kertas gulungan berisi nama-nama peserta didik lalu dikocok dan diundi, maka yang namanya muncul/keluar harus berani maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali apa yang sudah diceritakan guru.
7. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju untuk menceritakan kembali.
8. Evaluasi.
9. Kesimpulan.
5. Model Pembelajaran Reka Cerita Gambar
Model pembelajaran Reka Cerita Gambar merupakan pembelajaran bercerita berdasarkan gambar, bisa gambar satuan (terpisah) bisa pula gambar berseri/berurutan.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (tidak harus berkelompok).
3. Guru menunjukkan atau memasang gambar berseri (3-4 gambar).
4. Guru mereka cerita berdasarkan gambar berseri tersebut, sementara siswa memperhatikan.
5. Setiap kelompok Siswa mendapat kesempatan mereka cerita berdasarkan gambar tersebut dengan bimbingan guru.
6. Guru menunjukkan atau menempelkan gambar berseri yang lain.
7. Setiap kelompok mencoba mereka cerita berdasarkan gambar tersebut.
8. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa dapat mereka cerita berdasarkan gambar.
9. Evaluasi.
10. Kesimpulan.
6. Model Pembelajaran Bertanya
Model pembelajaran Bertanya merupakan pembelajaran lanjutan setelah siswa melampaui model pembelajaran Menjawab Pertanyaan. Model pembelajaran ini kebalikan daripada model pembelajaran Menjawab Pertanyaan. Karena pada model pembelajaran ini siswa dilatih untuk menguasai kemampuan bertanya bukan menjawab pertanyaan. Bagi siswa tentu bukanlah hal yang mudah.
Ada beberapa kendala yang layak mendapatkan perhatian dari guru sehubungan dengan kemampuan bertanya siswa, di antaranya:
1. Siswa kesulitan bertanya karena merasa malu/kurang percaya diri.
2. Siswa kesulitan bertanya karena belum sepenuhnya menguasai materi sehingga tidak tahu apa yang mesti ditanyakan.
3. Siswa kesulitan bertanya karena merasa takut/khawatir nanti dianggap bodoh.
4. Siswa kesulitan bertanya karena kesulitan mengungkapkan kalimat pertanyaan meskipun sebenarnya ia tahu apa yang belum diketahuinya.
Untuk mengatasi kendala seperti di atas guru dapat mengambil beberapa langkah misalnya :
1. Memberikan reward kepada siswa yang berani bertanya.
2. Guru mengusahakan agar materi pembelajaran dapat dikuasai siswa secara optimal.
3. Pemahaman bahwa bertanya bukan berarti bodoh, tetapi salah satu kemampuan berbicara.
4. Peningkatan kemampuan bertanya siswa melalui contoh-contoh kalimat pertanyaan. Misalnya penggunaan partikel kah dan Kata Tanya (apa, siapa, mengapa, bagaimana, dimana, bilamana, berapa).
Metode yang dirasakan paling tepat adalah Tanya jawab dan bermain peran. Guru dapat memotivasi siswa agar mau dan mampu bertanya antara lain dengan cara melontarkan pertanyaan-pertanyaan pancingan terlebih dahulu, lalu secara bertahap tanpa terasa biarkan siswa mendominasi bertanya.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa.
3. Guru merangsang motivasi siswa dengan menceritakan sebuah peristiwa yang menarik namun cerita tersebut tidak sempurna.
4. Siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan sehubungan isi cerita guru tadi yang sengaja dibuat belum sempurna sehingga menimbulkan tanda tanya/keingintahuan siswa.
5. Kelompok yang mengajukan pertanyaan secara benar akan mendapatkan poin (untuk merangsang persaingan/kompetisi siswa).
6. Kelompok yang terbanyak mendapatkan poin menjadi pemenang dan diberi reward.
7. Evaluasi.
8. Kesimpulan.
7. Model Pembelajaran Menjawab Pertanyaan
Model pembelajaran Menjawab Pertanyaan merupakan pembelajaran tingkat lanjut yang mempunyai tujuan agar siswa dapat menyampaikan pesan secara lisan (berbicara) melalui stimulus pertanyaan dari orang lain/guru. Metode yang dirasakan paling tepat dalam pembelajaran ini adalah metode tanya jawab. Namun perlu diperhatikan bahwa ada beberapa komponen bertanya dasar yang masih dipakai sebagai dasar guru dalam mengajukan pertanyaan, yaitu :
1. Pengajuan pertanyaan disampaikan secara jelas dan singkat,
2. Pemberian acuan,
3. Pemusatan,
4. Pemindahan giliran,
5. Penyebaran,
6. Pemberian waktu berpikir,
7. Sambutan yang hangat,
8. Pemberian tuntunan.
Berikut salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4 orang, masing-masing kelompok diberi nama ( buah, pahlawan,abjad,dsb).
3. Siswa diberi kesempatan membaca/memahami materi diberi waktu sekitar 15 menit.
4. Guru melontarkan satu pertanyaan kepada siswa dalam satu kelompok dengan memperhatikan 8 komponen bertanya dasar. Jika siswa tersebut menjawab benar diberi nilai 100, jika salah/tidak bisa menjawab diberi nilai 0 dan soal tidak dilempar ke kelompok lain.
5. Guru melontarkan satu pertanyaan yang lain kepada siswa kelompok berikutnya dengan memperhatikan 8 komponen bertanya dasar. Jika siswa tersebut tidak bisa menjawab diberi nilai 0 dan soal tidak dilempar ke kelompok lain. Demikian seterusnya sampai semua kelompok mendapat giliran.
6. Guru melontarkan pertanyaan lemparan, artinya jika siswa dalam satu kelompok tidak bisa menjawab, maka soal dilemparkan kepada siswa kelompok lain. Demikian seterusnya sampai semua kelompok mendapatkan giliran.
7. Guru melontarkan pertanyaan rebutan, artinya jika siswa dalam satu kelompok tidak bisa menjawab/salah maka soal diperebutkan kelompok lainnya.
8. Penilaian dilakukan oleh guru tetapi siswa juga ikut mencatat perolehan nilainya.
9. Kelompok dengan nilai tertinggi mendapat predikat pemenang dan mendapatkan reward tanda bintang di papan nama kelompoknya.
10. Evaluasi.
11. Kesimpulan.
Sumber
http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/30/model-pembelajaran-bermain-peran/#more-790
Menurut saya model pembelajaran berbicara yang paling tepat adalah model pembelajaran bercerita. Melalui bercerita siswa akan lebih mudah berbicara. Apalagi kalau bercerita tentang pengalaman pribadi siswa itu sendiri. Model pembelajaran bercerita akan mampu meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
Langganan:
Postingan (Atom)