Selasa, 08 Mei 2012

Tugas Pembelajaran Menulis


1.      Identifikasilah
a)      ciri-ciri guru yang baik
Prof. Dr. Saroj Buasri (1970) berpandangan bahwa guru-guru yang baik hendaknya mempunyai tiga kualitas besar, yaitu:
·         Guru yang baik harus mengajar dengan baik. Pengajaran yang baik berasal dari pengetahuan tentang teknik-teknik pengajaran yang sifatnya ilmiah. Ada komitmen untuk mempersiapkan bahan-bahan belajar dan pengakuan atas perlunya memadukan moralitas dengan pengajaran
·          Guru baik harus terus belajar dan melakukan penelitian untuk pengembangan dan pengetahuannya
·          Guru-guru yang baik harus membantu siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan, untuk membantu orang atau masyarakat yang memerlukannya.
Para ahli dan cendikian Islam telah menetapkan beberapa ciri seorang guru yang baik. Dengan ciri-ciri berikut, seorang guru diharapkan dapat menjadi guru yang ahli di bidangnya. Ciri-ciri tersebut adalah:
·         Ikhlas dalam Mengemban Tugas sebagai Pengajar
Ia harus mempunyai falsafah hidup bahwa tugasnya tersebut merupakan bagian dari ibadah. Tentu saja suatu ibadah tidak akan diterima Allah bila tidak disertai dengan keikhlasan. Amat jauh perbedaan antara seorang guru yang ikhlas dan saleh dengan seorang guru yang munafik. Seorang pelajar biasanya dapat berprestasi karena keikhlasan dan kesalehan gurunya. Hal itu telah dijamin oleh Allah dalam firman-Nya berikut: “Hendaklah kalian menjadi orang-orang yang rabbani (orang yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah), karena kalian selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kalian tetap mempelajarinya,” (QS Ali Imran [3]: 79).
·         Memegang Amanat dalam Menyampaikan Ilmu
Bagi seorang guru, ilmu merupakan amanat dari Allah yang harus disampaikan kepada anak didiknya dengan tanpa ada yang dikurangi. Ia juga harus menyampaikannya sebaik dan sesempurna mungkin. Jika ada seorang guru menahan atau menyembunyikan ilmu yang dimilikinya, maka ia berarti telah berkhianat pada amanat yang telah diberikan Allah kepadanya.
·         Memiliki Kompetensi dalam Ilmunya
Sudah menjadi keharusan bagi seorang pengemban tugas sebagai pengajar untuk memilki penguasaan yang cukup atas ilmu yang akan ia ajarkan. Ia juga dapat menggunakan sarana-sarana pendukung dalam menyampaikan ilmu. Allah memerintahkan setiap orang untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan yang diinginkan-Nya. Karakter ini berlandaskan sabda Rasulullah Saw. berikut: “Sesungguhnya Allah menyukai seorang di antara kalian yang bila bekerja ia menyelesaikan pekerjaannya (dengan baik),” (HR Al-Baihaqi).
·         Menjadi Teladan yang Baik bagi Anak Didiknya
Seorang pelajar pasti selalu melihat gurunya. Baginya, seorang guru adalah contoh berakhlak dan bertingkah laku, seperti halnya ia mengambil ilmu darinya. Oleh karena itu, seorang guru berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian seorang murid. Rasulullah sendiri dapat mempengaruhi khalayak ramai saat itu hanya dengan keteladanan beliau yang baik. Tidak heran bila waktu itu banyak orang Arab yang masuk Islam secara beramai-ramai. Tentang pentingnya keteladanan ini, Al-Quran menjelaskan dalam firman Allah Swt. berikut: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah, hari akhir (kiamat), dan dia banyak menyebut Allah,” (QS Al-Ahzab [33]: 21).
b)     Ciri-ciri guru yang hebat
·         Ucapan dan intonasinya jelas dan mudah dipahami. Siswa langsung menyerap makna dari ucapan guru tanpa harus berpikir lama dan berputar-putar. Ucapan guru tersistem, mantap, dan berterima dengan kejiwaan siswa.
·         Bobot keilmuannya sangat dalam dan luas. Sehari-hari, guru hebat mengikuti perkembangan zaman untuk memupuk keluasan keilmuannya. Tren zaman dapat cepat dimaknai oleh guru lalu diolah dengan bahasa guru untuk disajikan ke siswanya.
·          Orangnya lugas dan sederhana. Karena yang dihadapi adalah siswa bukan orang dewasa, guru hebat selalu menyampaikan keilmuannya dengan lugas dan mudah diterima siswanya.
·          Bersahabat dan peduli. Guru biasa selalu mengambil jarak dengan siswa karena menurutnya wibawa guru akan terbangun. Namun, tidak untuk guru hebat. Guru hebat bersahabat dengan siswanya sehingga terbangun kedekatan yang akan mempermudah berkomunikasi. Wibawa justru dibangun dari persahabatan antara siswa dengan guru.
·         Kaya metode dan media. Guru hebat teramat paham kalau siswa itu mudah jenuh, dinamis, dan kreatif. Menurutnya, mengajar harus menyenangkan, dinamis, dan kreatif. Jalan yang harus ditempuh adalah menerapkan pembelajaran dengan multimetode dan multimedia yang sesuai dengan keinginan siswa.
2.      Jika diwajibkan memilih, apakah Anda akan berupaya untuk menjadi  "guru yang baik" ataukah ingin menjadi "guru yang hebat"? Mengapa demikian? Tulislah minimal tiga alasan yang mendasari pilihan Anda itu.
Saya akan berupaya menjadi guru yang baik. karena:
·         Guru yang hebat belum tentu guru yang baik.
·         Menjadi guru yang baik insya allah akan menghasilkan siswa yang baik pula.
·         Guru yang baik merupakan idaman bagi semua siswa, masyarakat, bangsa dan negara.
·         Guru yang baik akan membawa bangsa dan negara Indonesia ini ke arah yang lebih baik dengan menghasilkan generasi-generasi yang baik pula.
3.      Bagaimanakah profil ideal guru Bahasa Indonesia di era globalisasi ini? Jelaskanlah menurut sudut pandang Anda masing-masing.
Profil ideal guru Bahasa Indonesia di era globalisasi:
·         Guru yang mempunyai jiwa yang tulus dan setia untuk mengajar dan mendidik siswanya.
·         Guru yang mempunyai ilmu, pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan yang luas dan mendalam.
·         Guru yang menguasai IPTEK, dan mampu memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran.
·         Guru yang memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan dan pembaharuan dimaksud berkenaan dengan pola pembelajaran, termasuk di dalamnya metode mengajar, media pembelajaran, system dan alat evaluasi
·         Guru yang mampu memotivasi belajar siswanya.
·         Guru yang mampu mengembangkan minat dan bakat siswa.
·         Guru yang selalu memperbaharui dan mempertajam ilmunya sejalan dengan perkembangan IPTEK. Ia harus belajar dan terus belajar.
·         Guru yang mampu menjadi teladan yang baik bagi siswanya.
4.      Adakah manfaat yang Anda peroleh setelah membaca wacana itu? Jika ada, tulislah semua manfaat yang dapat Anda petik darinya.

Sumber Bacaan
ciri-ciri-guru-hebat.html
Ciri-ciri Guru Yang Baik dalam Mengelola Pembelajaran « Nazwadzulfa's Blog.htm
Ciri-Ciri Guru Yang Baik_Efektif « Khoi82's Blog.htm



Membangun Generasi Emas


Generasi Emas, Perlu Guru Profesional
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan akan menentukan nasib suatu bangsa di masa yang akan datang. Baik buruknya suatu generasi, bergantung pada elok-tidaknya ketika dalam kandungan pendidikan. Melalui pendidikan akan terlahir generasi-generasi penerus bangsa, yang diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia ini ke arah yang lebih baik. Terkait dengan pendidikan, baru saja kita memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada Rabu, 02 Mei 2012. Tema sentral  Hardiknas tahun ini yang disampaikan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan, Prof. Dr. Mohammad Nuh adalah “Bangkitnya Genasi Emas”. Ada 4 poin yang disampaikan beliau dalam sambutannya, diantaranya perihal investasi pengembangan SDM untuk Indonesia 2045. Pengembangan SDM ini berkaitan dengan tujuan terbentuknya generasi emas Indonesia. Perangkat yang menjadi bahan investasi tersebut menyangkut perluasan akses dan peningkatan kualitas pendidikan. M.Nuh dalam pernyataannya menyebutkan bahwa ekspansi akses pendidikan akan dibuka besar-besaran hingga 2035. Perluasan tersebut terkait jenjang pendidikan PAUD hingga pendidikan tinggi.
Sambutan Moh. Nuh dengan tema besarnya harus kita apresiasi dan renungi makna di balik “Generasi emas” tersebut. Emas yang dinilai berharga tentu tidak akan bermanfaat manakala ia hanya terpajang tanpa ada kontribusi nyata bagi masyarakat. Generasi emas tentunya generasi yang berkualitas. Generasi atau penerus bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, yang cerdas serta memiliki komprehensif dengan kriteria antara lain produktif, inovatif, kreatif, mampu menghadapi persaingan dengan bangsa lain di dunia serta mampu membawa bangsa dan negaranya ke arah yang lebih baik. Mereka adalah generasi yang mampu menjadi solusi bagi setiap kemelut bangsa.
Untuk melahirkan generasi emas Indonesia tentunya penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan peran pendidik yakni orang tua dan guru sangat diperlukan. Pendidikan pertama di bentuk di keluarga oleh orang tua. Guru merupakan orang tua kedua anak dalam pendidikan. Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Kalbar Suhartono Arham menyatakan pendidikan adalah ujung tombak mempersiapkan generasi bangsa. Semua stakeholder diharapkan tidak melupakan roh pendidikan. “Pendidikan bukan hanya transfer knowledge saja tapi pembentukan karakter manusia,” ungkap Suhartono. Suhartono mengajak semua stakeholder ikut mempersiapkan generasi emas Indonesia. Sebab, menurutnya, mengurus pendidikan merupakan pekerjaan besar yang tidak dapat dikerjakan hanya oleh suatu instansi pemerintah.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk melahirkan generasi emas, diperlukan guru yang profesional. Adapun tips membangun generasi emas melalui pembelajaran Bahasa. Indonesia di SMA yaitu:
1.      Sekolah hendaknya menyediakan fasilitas yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Misalnya dengan menyediakan buku-buku pelajaran, laboratorium, komputer dan lain-lain
2.      Guru harus mampu mendidik. Tugas guru bukan hanya mengajar, tetapi ia juga harus mendidik. Mendidik akhlak, sikap siswa serta meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Guru juga harus mampu membangun karakter siswa.
3.      Guru harus selalu belajar dan meningkatkan kompetensinya seiring perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Tugas guru mengajar dan ia juga harus terus belajar, jangan merasa cukup dengan ilmu yang telah dimiliki. Guru harus memperbaharui dan mempertajam ilmunya.
4.      Guru harus memotivasi siswa untuk belajar dan terus belajar.
5.      Guru harus menguasai teknologi dan mampu memanfaatkannya dalam pembelajaran.
6.      Guru harus menjadi teladan yang baik untuk siswa maupun masyarakat. Karena guru adalah figur yang digugu dan ditiru.
7.      Dalam melaksanakan pembelajaran guru hendaknya membangun PAKIEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, dan Menyenangkan). Misalnya dengan menggunakan metoda pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
 Bukan terus menggunakan pembelajaran tradisonal, guru menerangkan siswa mendengarkan, mencatat, dan bertanya. Pembelajaran seperti itu akan membuat siswa bosan, siswa menjadi pasif dan pola pikirnya tidak akan berkembang. Hendaknya pembelajaran dapat memancing kreatifitas dan keaktifan siswa dalam belajar. Sehingga pola pikir siswa dapat berkembang.
8.      Guru harus menguasai secara luas dan mendalam materi pelajaran.
Misalnya guru akan menyampaikan materi mengenai pidato atau sambutan. Guru harus menguasai materi tersebut. Hendaknya guru membaca beberapa referensi buku mengenai materi yang akan disampaikan,  jangan hanya terpaku pada satu buku. Selain itu juga materi tersebut dapat dicari melalui internet.
9.      Guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan, dan tentunya mau pula menularkan kemampuan dan keterampilan kepada siswanya dan untuk semua orang.
10.  Guru harus mampu mengembangkan minat dan bakat siswa. Setiap siswa mempunyai minat dan bakat yang berbeda. Seorang guru hendaknya mengetahui minat dan bakat siswa.
Misalnya seorang siswa mempunyai minat dan bakat dalam menulis puisi, guru harus membantu menyalurkan dan mengembangkan bakat siswa tersebut melalui pembelajaran menulis puisi.

Melalui tips-tips tersebut mudah-mudahan dapat terlahir generasi emas Indonesia, yang dapat berkilau. Dan dapat membawa bangsa Indonesia ini menjadi bangsa yang lebih maju dan lebih baik.

Sumber Bacaan:
”Cikgu Sastra”  Blognya Musa Ismail.htm (Guru SMAN 3 Bengkalis.)
Okezone.com
Kompasiana (Selamat Hari Pendidikan Nasional dan Bangkitkan Generasi Emas Indonesia.htm)
UU RI Nomor 14 Tahun 2005 & PP RI Nomor 74 Tahun 2008

Jumat, 13 April 2012

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA
1.    Model Pembelajaran Bermain Peran

Model pembelajaran Bermain Peran merupakan pembelajaran terakhir pada model pembelajaran Berbicara. Dengan demikian maka dikandung pengertian bahwa model pembelajaran ini sebagai tataran tertinggi dalam model pembelajaran Berbicara. Jika dalam model pembelajaran berbicara sebelumnya masih terdapat campur tangan guru, maka dalam Bermain Peran ini sudah hampir 100% murni dari inisiatif, spontanitas dan pemikiran peserta didik. Dalam praktiknya Bermain Peran ini menyerupai sandiwara atau drama, hanya saja dalam bentuk yang lebih kecil/sederhana. Maka peserta didik akan memperoleh peran dan teks dialog yang harus dihafalkan untuk  ditampilkan di depan kelas nanti.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2.    Siswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa.
3.    Guru menyiapkan scenario/naskah  dengan tema cerita yang menarik.
4.    Ketua kelompok membagi peran masing-masing sesuai yang terdapat dalam scenario. Guru pun dapat memegang salah satu peran apabila dirasakan memang perlu.
5.    Tiap-tiap pemain menghapalkan dialog dalam scenario.
6.    Guru menunjuk salah satu kelompok yang sudah benar-benar siap untuk menampilkan naskah pementasan.
7.    Demikian seterusnya sampai seluruh kelompok tampil.
8.    Evaluasi, meliputi lafal,intonasi,ekspresi, penghayatan dan penampilan.
9.    Kesimpulan.

2.    Model Pembelajaran Parafrase
Model pembelajaran Parafrase merupakan pembelajaran berbicara tingkat lanjut sebelum pembelajaran Bermain Peran. Beberapa unsur Parafrase yaitu :
a. Parafrase Kalimat ; artinya memisahkan/memenggal sebuah kalimat menjadi beberapa kata menurut jabatannya, yaitu : Subyek, Predikat, Obyek, Keterangan.
b. Parafrase Suku Kata ; artinya memisahkan/memenggal sebuah kata menurut  suku katanya.
c. Parafrase Puisi ; artinya mengubah bentuk puisi ke bentuk prosa/narasi.
Media yang bisa digunakan : kartu kalimat, kartu kata, kartu suku kata, teks puisi ( sesuai KMB).
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2.    Guru memasang beberapa kartu kata menjadi sebuah kartu kalimat, lalu memberi contoh paraphrase/memenggal kalimat tersebut menjadi potongan beberapa kartu kata menurut jabatan kalimatnya (SPOK) lalu mengucapkannya kata per kata.
3.    Peserta didik  mencoba melakukan seperti apa yang dilakukan guru dengan kartu kalimat yang lain.
4.    Pada paraphrase puisi, guru dapat menjelaskan teknik paraphrase puisi yaitu dengan menyisipkan sebuah kata di antara kalimat puisi, lalu menyusunnya menjadi sebuah paragraf.
5.    Setelah paragraf selesai siswa lalu membacakannya.
6.    Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju mengucapkan paraphrase kalimat atau puisi, dan bukan menuliskannya karena ini model pembelajaran berbicara.
7.    Evaluasi.
8.    Kesimpulan.

3.    Model Pembelajaran Bercerita
Model pembelajaran Bercerita merupakan pembelajaran berbicara yang hampir sepenuhnya pemikiran peserta didik sendiri. Guru hanya sebagai moderator dan motivator. Pada pembelajaran awal dimungkinkan mengangkat tema-tema cerita dari gagasan peserta didik sendiri, namun seiring waktu ide/tema cerita berasal atau ditentukan guru. Tentu saja tema cerita yang menggugah, menarik dan aktual. Bisa juga dimulai cerita dari lingkungan kehidupan sehari-hari peserta didik, lalu menuju lingkungan/kawasan yang luas dan lebih kompleks.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2.    Guru mendemonstrasikan bercerita di depan peserta didik dengan tema cerita yang nenarik.
3.    Siswa mencoba mendemonstrasikan bercerita tentang peristiwa menarik yang baru saja dialami di depan kelas (sementara sambil duduk dulu juga boleh).
4.    Agar semua siswa mendapat giliran, bisa juga penunjukkannya dilakukan dengan cara diundi seperti arisan.
5.    Agar lebih meriah dapat pula digunakan media televisi  yang tengah menyiarkan acara menarik misalnya lintas berita, flora fauna, film anak-anak, dsb.
6.    Setelah selesai menyaksikan acara tertentu di televisi, peserta didik mencoba bercerita tentang peristiwa /film tersebut dengan menggunakan bahasanya sendiri.
7.    Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju untuk bercerita.
8.    Evaluasi.
9.    Kesimpulan.

4.    Model Pembelajaran Menceritakan Kembali
Model pembelajaran Menceritakan Kembali merupakan kelanjutan dari  model pembelajaran Melanjutkan Cerita. Maka dikandung pengertian bahwa setelah peserta didik dan guru menguasai pembelajaran Melanjutkan Cerita maka akan meningkat ke model pembelajaran Menceritakan Kembali. Di dalam model pembelajaran ini peserta didik sudah mulai belajar mandiri merangkai kata-kata dan kalimat sendiri meskipun secara sederhana. Bukan tanpa kendala tentunya, karena  mungkin peserta didik  akan mengalami :
a.    Dihinggapi perasaan malu dan canggung untuk melakukan praktik menceritakan kembali.
b.     Sering terjadi macet di jalan, atau kehabisan kata-kata/kalimat.
c.    Sering terjadi pengulangan kata-kata yang sama/itu-itu saja.
Untuk menangani masalah/kendala di atas solusi yang dapat ditempuh antara lain :
a.    Pemberian motivasi yang cukup pada para peserta didik.
b.    Guru sering memberi umpan di mana dirasa diperlukan saja.
c.    Perlu memperluas/menambah perbendaharaan kata dan kalimat para peserta didik.
d.    Tema-tema cerita hendaknya yang menarik, actual, sesuai dengan minat dan motivasi peserta didik.
Sebagai salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2.    Guru menceritakan suatu peristiwa sehari-hari secara sederhana dalam satu paragraf.
3.    Guru memberi  tugas salah satu peserta didik untuk menceritakan kembali peristiwa tersebut dengan kata-kata peserta didik sendiri.Hal ini dilakukan tanpa peserta didik maju ke depan kelas tetapi cukup di mejanya sendiri.
4.    Guru menunjuk peserta didik yang lain untuk melakukan hal yang sama.
5.    Guru menceritakan peristiwa yang lain, sedangkan peserta  didik tekun memperhatikan.
6.    Kadang dengan cara ditunjuk peserta didik akan enggan, maka guru dapat membuat kertas gulungan berisi nama-nama peserta didik lalu dikocok dan diundi, maka yang namanya muncul/keluar harus berani maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali apa yang sudah diceritakan guru.
7.    Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju untuk menceritakan kembali.
8.    Evaluasi.
9.    Kesimpulan.

5.    Model Pembelajaran Reka Cerita Gambar
Model pembelajaran Reka Cerita Gambar merupakan pembelajaran bercerita berdasarkan gambar, bisa gambar satuan (terpisah) bisa pula gambar berseri/berurutan.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2.    Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (tidak harus berkelompok).
3.    Guru menunjukkan atau memasang gambar berseri (3-4 gambar).
4.    Guru mereka cerita berdasarkan gambar berseri tersebut, sementara siswa memperhatikan.
5.    Setiap kelompok Siswa mendapat kesempatan mereka cerita berdasarkan gambar tersebut dengan bimbingan guru.
6.    Guru menunjukkan atau menempelkan gambar berseri yang lain.
7.    Setiap kelompok mencoba mereka cerita berdasarkan gambar tersebut.
8.    Demikian seterusnya sampai seluruh siswa dapat mereka cerita berdasarkan gambar.
9.    Evaluasi.
10.    Kesimpulan.

6.    Model Pembelajaran Bertanya
Model pembelajaran Bertanya merupakan pembelajaran lanjutan setelah siswa melampaui model pembelajaran Menjawab Pertanyaan. Model pembelajaran ini kebalikan daripada model pembelajaran Menjawab Pertanyaan. Karena pada model pembelajaran ini siswa dilatih untuk menguasai kemampuan bertanya bukan menjawab pertanyaan. Bagi siswa tentu bukanlah hal yang mudah.
Ada beberapa kendala yang layak mendapatkan perhatian dari guru sehubungan dengan kemampuan bertanya siswa, di antaranya:
1.    Siswa kesulitan bertanya karena merasa malu/kurang percaya diri.
2.    Siswa kesulitan bertanya karena belum sepenuhnya menguasai materi sehingga tidak tahu apa yang mesti ditanyakan.
3.     Siswa kesulitan bertanya karena merasa takut/khawatir nanti dianggap bodoh.
4.    Siswa kesulitan bertanya karena kesulitan mengungkapkan kalimat pertanyaan meskipun sebenarnya  ia tahu apa yang belum diketahuinya.
Untuk mengatasi kendala seperti di atas guru dapat mengambil beberapa langkah misalnya :
1.    Memberikan reward kepada siswa yang berani bertanya.
2.    Guru mengusahakan agar materi pembelajaran dapat dikuasai siswa secara optimal.
3.    Pemahaman bahwa bertanya bukan berarti bodoh, tetapi salah satu kemampuan berbicara.
4.    Peningkatan kemampuan bertanya siswa melalui contoh-contoh kalimat pertanyaan. Misalnya penggunaan partikel kah dan Kata Tanya (apa, siapa, mengapa, bagaimana, dimana, bilamana, berapa).
Metode yang dirasakan paling tepat adalah Tanya jawab dan bermain peran. Guru dapat memotivasi siswa agar mau dan mampu bertanya antara lain dengan cara melontarkan pertanyaan-pertanyaan pancingan terlebih dahulu, lalu secara bertahap tanpa terasa biarkan siswa mendominasi bertanya.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2.    Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa.
3.    Guru merangsang motivasi siswa dengan menceritakan sebuah peristiwa yang menarik namun cerita tersebut tidak sempurna.
4.    Siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan sehubungan isi cerita guru tadi yang sengaja dibuat belum sempurna sehingga menimbulkan tanda tanya/keingintahuan siswa.
5.    Kelompok yang mengajukan pertanyaan secara benar akan mendapatkan poin (untuk merangsang persaingan/kompetisi siswa).
6.    Kelompok yang terbanyak mendapatkan poin menjadi pemenang dan diberi reward.
7.    Evaluasi.
8.    Kesimpulan.

7.    Model Pembelajaran Menjawab Pertanyaan
Model pembelajaran Menjawab Pertanyaan merupakan pembelajaran tingkat lanjut yang mempunyai tujuan agar siswa dapat menyampaikan pesan secara lisan (berbicara) melalui stimulus pertanyaan dari orang lain/guru. Metode yang dirasakan paling tepat dalam pembelajaran ini adalah metode tanya jawab. Namun perlu diperhatikan bahwa ada beberapa komponen bertanya dasar yang masih dipakai sebagai dasar guru dalam mengajukan pertanyaan, yaitu :
1. Pengajuan pertanyaan disampaikan secara jelas dan singkat,
2. Pemberian acuan,
3. Pemusatan,
4. Pemindahan giliran,
5. Penyebaran,
6. Pemberian waktu berpikir,
7. Sambutan yang hangat,
8. Pemberian tuntunan.
Berikut salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya :
1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2.    Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4 orang, masing-masing kelompok diberi nama ( buah, pahlawan,abjad,dsb).
3.    Siswa diberi kesempatan membaca/memahami materi diberi waktu sekitar 15 menit.
4.    Guru melontarkan satu pertanyaan kepada siswa dalam satu kelompok dengan memperhatikan 8 komponen bertanya dasar. Jika siswa tersebut  menjawab benar diberi nilai 100, jika salah/tidak bisa menjawab diberi nilai 0 dan soal tidak dilempar ke kelompok lain.
5.    Guru melontarkan satu pertanyaan yang lain kepada siswa kelompok berikutnya dengan memperhatikan 8 komponen bertanya dasar. Jika siswa tersebut tidak bisa menjawab diberi nilai 0 dan soal tidak dilempar ke kelompok lain. Demikian seterusnya sampai semua kelompok mendapat giliran.
6.    Guru melontarkan pertanyaan lemparan, artinya jika siswa dalam satu kelompok tidak bisa menjawab, maka soal dilemparkan kepada siswa kelompok lain. Demikian seterusnya sampai semua kelompok mendapatkan giliran.
7.    Guru melontarkan pertanyaan rebutan, artinya jika siswa dalam satu kelompok tidak bisa menjawab/salah maka soal diperebutkan kelompok lainnya.
8.    Penilaian dilakukan oleh guru tetapi siswa juga ikut mencatat perolehan nilainya.
9.    Kelompok dengan nilai tertinggi mendapat predikat pemenang dan mendapatkan reward tanda bintang di papan nama kelompoknya.
10.    Evaluasi.
11.    Kesimpulan.
Sumber
http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/30/model-pembelajaran-bermain-peran/#more-790

Menurut saya model pembelajaran berbicara yang paling tepat adalah model pembelajaran bercerita. Melalui bercerita siswa akan lebih mudah berbicara. Apalagi kalau bercerita tentang pengalaman pribadi  siswa itu sendiri. Model pembelajaran bercerita akan mampu meningkatkan  kemampuan berbicara siswa.