Jumat, 13 April 2012

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA
1.    Model Pembelajaran Bermain Peran

Model pembelajaran Bermain Peran merupakan pembelajaran terakhir pada model pembelajaran Berbicara. Dengan demikian maka dikandung pengertian bahwa model pembelajaran ini sebagai tataran tertinggi dalam model pembelajaran Berbicara. Jika dalam model pembelajaran berbicara sebelumnya masih terdapat campur tangan guru, maka dalam Bermain Peran ini sudah hampir 100% murni dari inisiatif, spontanitas dan pemikiran peserta didik. Dalam praktiknya Bermain Peran ini menyerupai sandiwara atau drama, hanya saja dalam bentuk yang lebih kecil/sederhana. Maka peserta didik akan memperoleh peran dan teks dialog yang harus dihafalkan untuk  ditampilkan di depan kelas nanti.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2.    Siswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa.
3.    Guru menyiapkan scenario/naskah  dengan tema cerita yang menarik.
4.    Ketua kelompok membagi peran masing-masing sesuai yang terdapat dalam scenario. Guru pun dapat memegang salah satu peran apabila dirasakan memang perlu.
5.    Tiap-tiap pemain menghapalkan dialog dalam scenario.
6.    Guru menunjuk salah satu kelompok yang sudah benar-benar siap untuk menampilkan naskah pementasan.
7.    Demikian seterusnya sampai seluruh kelompok tampil.
8.    Evaluasi, meliputi lafal,intonasi,ekspresi, penghayatan dan penampilan.
9.    Kesimpulan.

2.    Model Pembelajaran Parafrase
Model pembelajaran Parafrase merupakan pembelajaran berbicara tingkat lanjut sebelum pembelajaran Bermain Peran. Beberapa unsur Parafrase yaitu :
a. Parafrase Kalimat ; artinya memisahkan/memenggal sebuah kalimat menjadi beberapa kata menurut jabatannya, yaitu : Subyek, Predikat, Obyek, Keterangan.
b. Parafrase Suku Kata ; artinya memisahkan/memenggal sebuah kata menurut  suku katanya.
c. Parafrase Puisi ; artinya mengubah bentuk puisi ke bentuk prosa/narasi.
Media yang bisa digunakan : kartu kalimat, kartu kata, kartu suku kata, teks puisi ( sesuai KMB).
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2.    Guru memasang beberapa kartu kata menjadi sebuah kartu kalimat, lalu memberi contoh paraphrase/memenggal kalimat tersebut menjadi potongan beberapa kartu kata menurut jabatan kalimatnya (SPOK) lalu mengucapkannya kata per kata.
3.    Peserta didik  mencoba melakukan seperti apa yang dilakukan guru dengan kartu kalimat yang lain.
4.    Pada paraphrase puisi, guru dapat menjelaskan teknik paraphrase puisi yaitu dengan menyisipkan sebuah kata di antara kalimat puisi, lalu menyusunnya menjadi sebuah paragraf.
5.    Setelah paragraf selesai siswa lalu membacakannya.
6.    Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju mengucapkan paraphrase kalimat atau puisi, dan bukan menuliskannya karena ini model pembelajaran berbicara.
7.    Evaluasi.
8.    Kesimpulan.

3.    Model Pembelajaran Bercerita
Model pembelajaran Bercerita merupakan pembelajaran berbicara yang hampir sepenuhnya pemikiran peserta didik sendiri. Guru hanya sebagai moderator dan motivator. Pada pembelajaran awal dimungkinkan mengangkat tema-tema cerita dari gagasan peserta didik sendiri, namun seiring waktu ide/tema cerita berasal atau ditentukan guru. Tentu saja tema cerita yang menggugah, menarik dan aktual. Bisa juga dimulai cerita dari lingkungan kehidupan sehari-hari peserta didik, lalu menuju lingkungan/kawasan yang luas dan lebih kompleks.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2.    Guru mendemonstrasikan bercerita di depan peserta didik dengan tema cerita yang nenarik.
3.    Siswa mencoba mendemonstrasikan bercerita tentang peristiwa menarik yang baru saja dialami di depan kelas (sementara sambil duduk dulu juga boleh).
4.    Agar semua siswa mendapat giliran, bisa juga penunjukkannya dilakukan dengan cara diundi seperti arisan.
5.    Agar lebih meriah dapat pula digunakan media televisi  yang tengah menyiarkan acara menarik misalnya lintas berita, flora fauna, film anak-anak, dsb.
6.    Setelah selesai menyaksikan acara tertentu di televisi, peserta didik mencoba bercerita tentang peristiwa /film tersebut dengan menggunakan bahasanya sendiri.
7.    Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju untuk bercerita.
8.    Evaluasi.
9.    Kesimpulan.

4.    Model Pembelajaran Menceritakan Kembali
Model pembelajaran Menceritakan Kembali merupakan kelanjutan dari  model pembelajaran Melanjutkan Cerita. Maka dikandung pengertian bahwa setelah peserta didik dan guru menguasai pembelajaran Melanjutkan Cerita maka akan meningkat ke model pembelajaran Menceritakan Kembali. Di dalam model pembelajaran ini peserta didik sudah mulai belajar mandiri merangkai kata-kata dan kalimat sendiri meskipun secara sederhana. Bukan tanpa kendala tentunya, karena  mungkin peserta didik  akan mengalami :
a.    Dihinggapi perasaan malu dan canggung untuk melakukan praktik menceritakan kembali.
b.     Sering terjadi macet di jalan, atau kehabisan kata-kata/kalimat.
c.    Sering terjadi pengulangan kata-kata yang sama/itu-itu saja.
Untuk menangani masalah/kendala di atas solusi yang dapat ditempuh antara lain :
a.    Pemberian motivasi yang cukup pada para peserta didik.
b.    Guru sering memberi umpan di mana dirasa diperlukan saja.
c.    Perlu memperluas/menambah perbendaharaan kata dan kalimat para peserta didik.
d.    Tema-tema cerita hendaknya yang menarik, actual, sesuai dengan minat dan motivasi peserta didik.
Sebagai salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2.    Guru menceritakan suatu peristiwa sehari-hari secara sederhana dalam satu paragraf.
3.    Guru memberi  tugas salah satu peserta didik untuk menceritakan kembali peristiwa tersebut dengan kata-kata peserta didik sendiri.Hal ini dilakukan tanpa peserta didik maju ke depan kelas tetapi cukup di mejanya sendiri.
4.    Guru menunjuk peserta didik yang lain untuk melakukan hal yang sama.
5.    Guru menceritakan peristiwa yang lain, sedangkan peserta  didik tekun memperhatikan.
6.    Kadang dengan cara ditunjuk peserta didik akan enggan, maka guru dapat membuat kertas gulungan berisi nama-nama peserta didik lalu dikocok dan diundi, maka yang namanya muncul/keluar harus berani maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali apa yang sudah diceritakan guru.
7.    Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju untuk menceritakan kembali.
8.    Evaluasi.
9.    Kesimpulan.

5.    Model Pembelajaran Reka Cerita Gambar
Model pembelajaran Reka Cerita Gambar merupakan pembelajaran bercerita berdasarkan gambar, bisa gambar satuan (terpisah) bisa pula gambar berseri/berurutan.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2.    Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (tidak harus berkelompok).
3.    Guru menunjukkan atau memasang gambar berseri (3-4 gambar).
4.    Guru mereka cerita berdasarkan gambar berseri tersebut, sementara siswa memperhatikan.
5.    Setiap kelompok Siswa mendapat kesempatan mereka cerita berdasarkan gambar tersebut dengan bimbingan guru.
6.    Guru menunjukkan atau menempelkan gambar berseri yang lain.
7.    Setiap kelompok mencoba mereka cerita berdasarkan gambar tersebut.
8.    Demikian seterusnya sampai seluruh siswa dapat mereka cerita berdasarkan gambar.
9.    Evaluasi.
10.    Kesimpulan.

6.    Model Pembelajaran Bertanya
Model pembelajaran Bertanya merupakan pembelajaran lanjutan setelah siswa melampaui model pembelajaran Menjawab Pertanyaan. Model pembelajaran ini kebalikan daripada model pembelajaran Menjawab Pertanyaan. Karena pada model pembelajaran ini siswa dilatih untuk menguasai kemampuan bertanya bukan menjawab pertanyaan. Bagi siswa tentu bukanlah hal yang mudah.
Ada beberapa kendala yang layak mendapatkan perhatian dari guru sehubungan dengan kemampuan bertanya siswa, di antaranya:
1.    Siswa kesulitan bertanya karena merasa malu/kurang percaya diri.
2.    Siswa kesulitan bertanya karena belum sepenuhnya menguasai materi sehingga tidak tahu apa yang mesti ditanyakan.
3.     Siswa kesulitan bertanya karena merasa takut/khawatir nanti dianggap bodoh.
4.    Siswa kesulitan bertanya karena kesulitan mengungkapkan kalimat pertanyaan meskipun sebenarnya  ia tahu apa yang belum diketahuinya.
Untuk mengatasi kendala seperti di atas guru dapat mengambil beberapa langkah misalnya :
1.    Memberikan reward kepada siswa yang berani bertanya.
2.    Guru mengusahakan agar materi pembelajaran dapat dikuasai siswa secara optimal.
3.    Pemahaman bahwa bertanya bukan berarti bodoh, tetapi salah satu kemampuan berbicara.
4.    Peningkatan kemampuan bertanya siswa melalui contoh-contoh kalimat pertanyaan. Misalnya penggunaan partikel kah dan Kata Tanya (apa, siapa, mengapa, bagaimana, dimana, bilamana, berapa).
Metode yang dirasakan paling tepat adalah Tanya jawab dan bermain peran. Guru dapat memotivasi siswa agar mau dan mampu bertanya antara lain dengan cara melontarkan pertanyaan-pertanyaan pancingan terlebih dahulu, lalu secara bertahap tanpa terasa biarkan siswa mendominasi bertanya.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2.    Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa.
3.    Guru merangsang motivasi siswa dengan menceritakan sebuah peristiwa yang menarik namun cerita tersebut tidak sempurna.
4.    Siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan sehubungan isi cerita guru tadi yang sengaja dibuat belum sempurna sehingga menimbulkan tanda tanya/keingintahuan siswa.
5.    Kelompok yang mengajukan pertanyaan secara benar akan mendapatkan poin (untuk merangsang persaingan/kompetisi siswa).
6.    Kelompok yang terbanyak mendapatkan poin menjadi pemenang dan diberi reward.
7.    Evaluasi.
8.    Kesimpulan.

7.    Model Pembelajaran Menjawab Pertanyaan
Model pembelajaran Menjawab Pertanyaan merupakan pembelajaran tingkat lanjut yang mempunyai tujuan agar siswa dapat menyampaikan pesan secara lisan (berbicara) melalui stimulus pertanyaan dari orang lain/guru. Metode yang dirasakan paling tepat dalam pembelajaran ini adalah metode tanya jawab. Namun perlu diperhatikan bahwa ada beberapa komponen bertanya dasar yang masih dipakai sebagai dasar guru dalam mengajukan pertanyaan, yaitu :
1. Pengajuan pertanyaan disampaikan secara jelas dan singkat,
2. Pemberian acuan,
3. Pemusatan,
4. Pemindahan giliran,
5. Penyebaran,
6. Pemberian waktu berpikir,
7. Sambutan yang hangat,
8. Pemberian tuntunan.
Berikut salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya :
1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2.    Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4 orang, masing-masing kelompok diberi nama ( buah, pahlawan,abjad,dsb).
3.    Siswa diberi kesempatan membaca/memahami materi diberi waktu sekitar 15 menit.
4.    Guru melontarkan satu pertanyaan kepada siswa dalam satu kelompok dengan memperhatikan 8 komponen bertanya dasar. Jika siswa tersebut  menjawab benar diberi nilai 100, jika salah/tidak bisa menjawab diberi nilai 0 dan soal tidak dilempar ke kelompok lain.
5.    Guru melontarkan satu pertanyaan yang lain kepada siswa kelompok berikutnya dengan memperhatikan 8 komponen bertanya dasar. Jika siswa tersebut tidak bisa menjawab diberi nilai 0 dan soal tidak dilempar ke kelompok lain. Demikian seterusnya sampai semua kelompok mendapat giliran.
6.    Guru melontarkan pertanyaan lemparan, artinya jika siswa dalam satu kelompok tidak bisa menjawab, maka soal dilemparkan kepada siswa kelompok lain. Demikian seterusnya sampai semua kelompok mendapatkan giliran.
7.    Guru melontarkan pertanyaan rebutan, artinya jika siswa dalam satu kelompok tidak bisa menjawab/salah maka soal diperebutkan kelompok lainnya.
8.    Penilaian dilakukan oleh guru tetapi siswa juga ikut mencatat perolehan nilainya.
9.    Kelompok dengan nilai tertinggi mendapat predikat pemenang dan mendapatkan reward tanda bintang di papan nama kelompoknya.
10.    Evaluasi.
11.    Kesimpulan.
Sumber
http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/30/model-pembelajaran-bermain-peran/#more-790

Menurut saya model pembelajaran berbicara yang paling tepat adalah model pembelajaran bercerita. Melalui bercerita siswa akan lebih mudah berbicara. Apalagi kalau bercerita tentang pengalaman pribadi  siswa itu sendiri. Model pembelajaran bercerita akan mampu meningkatkan  kemampuan berbicara siswa.